Blogger Widgets Dhinna Liezantica: September 2015

Selasa, 22 September 2015

MAKALAH LINGUISTIK



BAB I
LINGUISTIK


1.1  Pengertian Linguistik
Istilah ‘linguistik’ berasal dari bahasa Inggris linguistics, artinya ilmu yang mempelajari bahasa. Padanan kata tersebut antara lain adalah linguistique (dalam bahasa Perancis) linguistiek (dalam bahasa Belanda), yang diturunkan dari bahasa Latin yang artinya adalah ‘bahasa’.
Linguistik sering juga disebut linguistic umum (general linguistics). Artinya, ilmu pengetahuan yang mempelajari (sistem) bahasa pada umumnya. Apa yang dikaji tidak terbatas pada satu atau dua bahasa saja, namun mendudukkan bahasa (apapun) di dunia ini sebagai bahan kajian secara umum. Sebagaimana diketahui, bahasa-bahasa di dunia sangat banyak jumlahnya. Setiap bahasa memiliki ciri khas dan pola tertentu, yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Namun demikian, dari sekian perbedaan itu, tetap saja akan ditemukan adanya persamaan-persamaan yang bersifat universal. Ciri universal bahasa itulah yang selanjutnya menjadi bahan kajian Linguistik. Sejalan dengan kajiannya yang bersifat umum, sebutan linguistik perlahan-lahan berubah namanya menjadi linguistik umum.
Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis. Sistematis adalah bahasa bukan suatu sistem tunggal, melainkan pula terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik.


1.2  Manfaat dari Linguistik
1.      Penulis dapat mempelajari bahasa dari berbagai macam subsistem; fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
2.      Dengan mempelajari linguistik, penulis dapat melatih  keterampilan berbahasa dan menulis.
3.      Dengan mempelajari lingustik, penulis dapat menerangkan kaidah-kaidah berbahasa dengan benar.
4.      Penulis dapat mempelajari bahasa dengan maksud praktis.
5.      Penulis dapat mempelajari bahasa dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi dari sekedar menggunakan bahasa dalam percakapan.
6.      Penulis dapat mempelajari bahasa dengan maksud mengungkapkan hal-hal atau nilai-nilai bahasa dari segi kebudayaan masa lampau.
7.      Penulis dapat mempelajari bahasa sebagai objek kajian ilmiah.






BAB II
UNSUR-UNSUR LINGUISTIK


2.1 Fonologi (Phonology)
Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata fon (yang berarti bunyi) dan logi (yang berarti ilmu). Fonologi berasal dari bahasa Inggris phonology yang berarti ‘ilmu tentang bunyi’. Di Amerika, digunakan dengan nama phonemics. Dalam khazanah bahasa Indonesia, istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa Belanda yaitu fonologie. Pada umunya Fonologi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik.
a.      Fonetik
Fonetik adalah cabang Fonologi yang mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa di realisasikan atau dilafalkan. Fonologi juga mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa produksi oleh alat ucap manusia.
b.      Fonemik
Fonemik adalah cabang fonologi yang mempelajari/menyelidiki  bunyi ujaran  menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Fonemik adalah fonektik praktis/terapan. Penyelidikannya diarahkan terutama pada fonem bahasa tertentu.

2.2 Morfologi (Morphology)
Morfologi dipakai oleh berbagai cabang ilmu. Secara harafiah, morfologi berarti ‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphos). Dalam cabang linguistik, morfologii adalah suatu bidang ilmu linguistik yang mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa.
Morfem (morpheme) dianggap sebagai unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Morfem pada umumnya terbagi atas dua bagian utama, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
1.      Morfem bebas (free morpheme) yaitu morfem yang tidak terikat oleh satuan lain atau dapat dikatakan sebagai kata asal/dasar. Contoh: bangun, hidup, mandi, jatuh, dan sebagainya.
2.      Morfem terikat (bound morpheme) dimaknai sebagai satuan yang tidak mampu berdiri sendiri. Kehadirannya selalu melekat pada konstruksi lain yang lebih besar, misalnya kata dasar. Contoh morfem terikat diantaranya: prefiks (ke, pe, dan sebagainya), sufiks (an, wan, dan sebagainya), infiks (er, el, dan sebagainya), dan konfiks (per-an, ke-an, dan sebagainya).


2.3 Sintaksis (Syntaxes)
            Secara etimologis, istilah “sintaksis” berasal dari bahasa Yunani sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Pengertian secara lebih mudah, sintaksis adalah menempatkan bersama-sama, kata-kata menjadi kelompok kata, dan kelompok kata menjadi kalimat. Kajian sintaksis terutama pada hubungan-hubungan yang terjadi antarfrasa dalam struktur kalimat. Secara lebih rinci, ruang lingkup kajian sintaksis anatara lain ialah:
a)      Bentuk-bentuk penggabungan kata/kelompok kata
b)      Konstruksi gramatikal (S-P)
c)      Kajian informasi dalam struktur kalimat (sintaksis lanjut)
d)     Analisis wacana (discourse analysis)

2.4 Semantik (Semantic)
            Semantik merupakan cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, semantik adalah pembelajaran tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan symbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.



BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Linguistik adalah ilmu kebahasaan yang berpengaruh bagi kehidupan masyarakat karena setiap saat manusia diseluruh dunia ini menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat dipahami sebagai suatu interaksi suara, dan makna. Studi tentang makna bahasa, disisi lain, ini berkaitan dengan bagaimana bahasa menggunakan logika, dan referensi duia nyata untuk menyampaikan, proses, dan menetapkan makna, serta untuk mengelola, dan menyelesaikan ambiguitas.