BAB I
LINGUISTIK
1.1 Pengertian Linguistik
Istilah ‘linguistik’ berasal dari bahasa
Inggris linguistics, artinya ilmu
yang mempelajari bahasa. Padanan kata tersebut antara lain adalah linguistique (dalam bahasa Perancis)
linguistiek (dalam bahasa Belanda), yang diturunkan dari bahasa Latin yang
artinya adalah ‘bahasa’.
Linguistik sering juga disebut
linguistic umum (general linguistics). Artinya, ilmu pengetahuan yang
mempelajari (sistem) bahasa pada umumnya. Apa yang dikaji tidak terbatas pada
satu atau dua bahasa saja, namun mendudukkan bahasa (apapun) di dunia ini
sebagai bahan kajian secara umum. Sebagaimana diketahui, bahasa-bahasa di dunia
sangat banyak jumlahnya. Setiap bahasa memiliki ciri khas dan pola tertentu,
yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Namun demikian, dari sekian perbedaan
itu, tetap saja akan ditemukan adanya persamaan-persamaan yang bersifat
universal. Ciri universal bahasa itulah yang selanjutnya menjadi bahan kajian
Linguistik. Sejalan dengan kajiannya yang bersifat umum, sebutan linguistik
perlahan-lahan berubah namanya menjadi linguistik umum.
Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa
adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis. Sistematis
adalah bahasa bukan suatu sistem tunggal, melainkan pula terdiri dari beberapa
subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis,
subsistem semantik.
1.2 Manfaat dari Linguistik
1. Penulis
dapat mempelajari bahasa dari berbagai macam subsistem; fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik.
2. Dengan
mempelajari linguistik, penulis dapat melatih
keterampilan berbahasa dan menulis.
3. Dengan
mempelajari lingustik, penulis dapat menerangkan kaidah-kaidah berbahasa dengan
benar.
4. Penulis
dapat mempelajari bahasa dengan maksud praktis.
5. Penulis
dapat mempelajari bahasa dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi dari sekedar
menggunakan bahasa dalam percakapan.
6. Penulis
dapat mempelajari bahasa dengan maksud mengungkapkan hal-hal atau nilai-nilai
bahasa dari segi kebudayaan masa lampau.
7. Penulis
dapat mempelajari bahasa sebagai objek kajian ilmiah.
BAB II
UNSUR-UNSUR LINGUISTIK
2.1 Fonologi
(Phonology)
Asal kata fonologi, secara harfiah
sederhana, terdiri dari gabungan kata fon
(yang berarti bunyi) dan logi (yang
berarti ilmu). Fonologi berasal dari bahasa Inggris phonology yang berarti ‘ilmu tentang bunyi’. Di Amerika, digunakan
dengan nama phonemics. Dalam khazanah bahasa Indonesia, istilah fonologi
merupakan turunan kata dari bahasa Belanda yaitu fonologie. Pada umunya Fonologi
terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu Fonetik
dan Fonemik.
a.
Fonetik
Fonetik
adalah cabang Fonologi yang mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah
bahasa di realisasikan atau dilafalkan. Fonologi juga mempelajari cara
menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa produksi oleh alat
ucap manusia.
b.
Fonemik
Fonemik
adalah cabang fonologi yang mempelajari/menyelidiki bunyi ujaran
menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Fonemik adalah fonektik
praktis/terapan. Penyelidikannya diarahkan terutama pada fonem bahasa tertentu.
2.2 Morfologi
(Morphology)
Morfologi dipakai oleh berbagai cabang
ilmu. Secara harafiah, morfologi berarti ‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphos).
Dalam cabang linguistik, morfologii adalah suatu bidang ilmu linguistik yang
mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa.
Morfem (morpheme) dianggap sebagai unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Morfem pada umumnya terbagi atas dua
bagian utama, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
1. Morfem
bebas (free morpheme) yaitu morfem yang tidak terikat oleh satuan lain atau
dapat dikatakan sebagai kata asal/dasar. Contoh: bangun, hidup, mandi, jatuh,
dan sebagainya.
2. Morfem
terikat (bound morpheme) dimaknai
sebagai satuan yang tidak mampu berdiri sendiri. Kehadirannya selalu melekat
pada konstruksi lain yang lebih besar, misalnya kata dasar. Contoh morfem
terikat diantaranya: prefiks (ke, pe, dan sebagainya), sufiks (an, wan, dan
sebagainya), infiks (er, el, dan sebagainya), dan konfiks (per-an, ke-an, dan
sebagainya).
2.3 Sintaksis
(Syntaxes)
Secara etimologis, istilah
“sintaksis” berasal dari bahasa Yunani sun
‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Pengertian secara lebih mudah, sintaksis
adalah menempatkan bersama-sama, kata-kata menjadi kelompok kata, dan kelompok
kata menjadi kalimat. Kajian sintaksis terutama pada hubungan-hubungan yang
terjadi antarfrasa dalam struktur kalimat. Secara lebih rinci, ruang lingkup
kajian sintaksis anatara lain ialah:
a) Bentuk-bentuk
penggabungan kata/kelompok kata
b) Konstruksi
gramatikal (S-P)
c) Kajian
informasi dalam struktur kalimat (sintaksis lanjut)
d) Analisis
wacana (discourse analysis)
2.4 Semantik (Semantic)
Semantik merupakan cabang linguistik
yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis
representasi lain. Dengan kata lain, semantik adalah pembelajaran tentang makna
yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Semantik
biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan symbol
kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan
simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Linguistik adalah ilmu kebahasaan yang
berpengaruh bagi kehidupan masyarakat karena setiap saat manusia diseluruh
dunia ini menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat dipahami
sebagai suatu interaksi suara, dan makna. Studi tentang makna bahasa, disisi
lain, ini berkaitan dengan bagaimana bahasa menggunakan logika, dan referensi
duia nyata untuk menyampaikan, proses, dan menetapkan makna, serta untuk
mengelola, dan menyelesaikan ambiguitas.